Sabtu, 20 April 2013

Bagaimana Pola Pikir Berubah?

Apakah pola pikir (kerangka berpikir atau mind-set)bisa berubah? Jawabannya: ya. Kerangka berpikir setiap orang sebenarnya berubah setiap hari. Setiap hari informasi diserap atau dipelajari dan sedikit banyaknya ini mempengaruhi 'mind-set' seseorang. Yang menjadi pertanyaan adalah ke arah manakah pola itu berubah? Hanya ada dua arah perubahan mind-set: reformatif (positif) atau deformatif (negatif). Perubahan reformatif adalah perubahan mind-set yang menunjukkan tren reformatif. Ini tidak berarti bahwa perubahan itu selalu dapat dilihat dengan mata. Kadang perubahan itu dapat dilihat orang lain, tetapi perubahan itu bisa juga dirasakan orang yang mengalami perubahan itu. Ia menyadari adanya perubahan dalam kerangka berpikirnya. Misalnya, orang yang tadinya sering mengkritik, sekarang frekuensi kritiknya berkurang atau nada kritiknya mulai berubah dari yang sarkastis menjadi sopan. Perubahan yang deformatif adalah perubahan yang makin lama makin negatif. Ada tren perubahan yang menuju hal yang tidak baik. Misalnya, orang suka bicara, makin hari ia hanya bicara saja. Ia tidak menjalankan prinsip 'walk the talk.' Orang yang tadinya senang berdebat misalnya, sekarang ia cenderung berdebat dengan emosi yang berlebihan. Tentu yang menarik perhatian kita adalah bagaimana agar pola pikir berubah ke arah yang reformatif? Telah disampaikan pada artikel sebelumnya bahwa pola terjadi dalam bentuk pikiran dengan self-organizing system. Informasi yang masuk ke dalam pikiran dengan sendirinya membentuk pola sesuai dengan natur informasi itu sendiri. Pola ini makin lama makin kuat tergantung berapa sering informasi masuk ke dalam pikiran. Semakin sering informasi sejenis masuk semakin kuat pola tersebut. Informasi-informasi yang hanya sekali-sekali masuk tidak akan membuat pola yang kuat. Namun, tidak ada informasi yang tidak terekam oleh pikiran. Semua informasi akan terekam, tapi kuat tidaknya pola tersebut tergantung dari natur pola tersebut dan frekuensi masuknya informasi tersebut. Bagaimana kalau pola yang terbentuk adalah pola yang tidak baik? Misalnya, pola yang-sulit-diajar, pola yang-sulit-mendengar-orang-lain, pola yang- sulit-berkomunikasi, pola yang-mau-menang-sendiri, atau pola yang-tidak-mau-mendengar- nasihat, pola yang-selalu-menyalahkan-orang-lain-tanpa-bukti-yang-autentik, pola yang-selalu- menyalahkan-orang-lain-tanpa-memahami-topik-yang-sedang-dikritik, atau pola yang tidak tahan-mendengar kritik? Salah satu persyaratan untuk perubahan pola adalah masuknya prinsip-prinsip yang bersifat universal. Artinya, orang perlu mendapat pendidikan atau pelatihan di mana lewat pendidikan atau pelatihan apapun bentuknya, kebenaran diberikan kepada pendengar atau orang yang pola pikirnya diharapkan berubah. Dakam konteks dunia kerja, Top Management dan pekerja pada semua lini mendapat pelatihan atau pendidikan. Inilah salah satu elemen terpenting yang harus ada bila kita mengharapkan ada perubahan pola pikir dalam diri kita ataupun diri orang lain. Itulah sebabnya, pelatihan atau pendidikan kepada pekerja atau siapa saja orang-orang yang disekitar kita harus diberikan. Hanya dengan adanya pendidikanlah ada kemungkinan perubahan 'mind-set' dalam diri seseorang. Memberikan kebenaran kepada peserta atau orang-orang yang diharapkan mau berubah- ini baru langkah pertama saja. Ada faktor X dalam proses perubahan kerangka berpikir. Apakah faktor X ini? 

1 komentar: