Rabu, 15 Mei 2013

Menanamkan Kejujuran pada Anak

Tidak ada orangtua yang mendambakan buah hatunya menjadi seorang pembohong. Jujur sebagaimana bohong bukan merupakan sifat bawaan, tetapi lahir dari proses belajar dan pembiasaan. Anak belajar kejujuran dari lingkungan tempat mereka tumbuh, mereka akan jujur apa bila lingkungan disekitar memelihara kejujuran. Sebaliknya mereka akan menjadi tidak jujur manakala lingkungannya sarat dengan nilai-nilai kebohongan. Bagaimana caranya menerapkan kejujuran supaya melekat pada pribadi anak? Ada beberapa cara orang tua yang bias ditempuh: 1 Membentuk Kejujuran dengan Kisah Perkembangan anak merupakan masa-masa yang kaya dengan imajinasi dan fantasi. Oleh sebab itu mereka senang jika diperdengarkan berbagai macam cerita, mereka akan menikmatinya dengan penuh minat dan kegembiraan. Begitu nikmatnya, kadang anak-anak merasa terlibat dan membayangkan diri mereka menjadi tokoh yang ada dalam cerita tersebut. Seringkali hal ini terbawa kedalam dunia nyata anak-anak biasanya ingin tampil mewakili tokoh cerita yang mereka kagumi. Cerita memang merupakan wahana yang cukup efektif dalam upaya menumbuhkan sikap dan nilai-nilai dalam diri anak, apakah sikap dan nilai-nilai itu positif atau negatif. Tentunya sangant bergantung pada orangtua, sudah barang tentu mereka akan berupaya agar akhlaq yang baiklah yang bberkembang dalam pribadi anak. Orang tua bias memilih kisah para nabi dan sahabatnya sebagai bahan cerita dalam rangka ikhtiar memahatkan kejujuran itu kedalam jiwa anak. Ceritakan kisah Rasullulah yang mendapat julukan Al-Amin karena kejujurannya. Dan maish banyak kisah lain yang bisa mendorong tumbuhnya prilaku jujur. 2 Memberikan Pujian dan Penghargaan Secara Terbuka Kalau anak mengakui kesalahannya dengan jujur sebaiknya perhatian orangtua lebih tertuju pada kejujurannya dari pada terhadap kesalahannya, apalagi jika kemudian memojokan dan mempermalukanya dihadapan orang lain. Berilah dia pujian yang tulus dan wajar secara terbuka, misalnya dengan mengatakan Alhamdulillah kamu anak ibu yang jujur, ibu senang sekali punya anak yang jujur seperti kamu. Andaipun harus memberi hukuman sebagai konsekwensi perbuatan salahnya usahakan agar penghargaan yang diberikan lebih terasa dibandingkan hukuman itu sendiri. Hal ini mengingat pada dasarnya setiap anak lebih menyenangi pujian dari pada hukuman dan mereka cenderung mengulangi prilaku yang membuat mereka dihargai. 3 Menyikapi Kesalahan Anak dengan Bijak Seorang anak cenderung akan berbohong ketika melakukan perbuatan salah, apa bila orangtuanya menyikapi dengan emosional, apalagi disertai dengan tindakan kekerasan, seperti dalam bentuk pukulan. Ia akan berlindung dibalik kebohongannya agar selamat dari kemarahan dan hukuman dari orangtuanya. Oleh karena itu tidaklah bijak menyikapi kesalahan anak dengan amarah, terlebih lagi kalau kesalahannya itu adalah hal yang sepele. Apapun bentuknya akan lebih baik kalau prilaku salah anak dihadapi dengan sikap arif. Beritahu dengan lemah lembut bahwa yang dilakukanya itu salah kemudian tunjukan apa yang seharusnya diperbuat agar kesalahan tersebut tidak terulang lagi. Menghukum anak dengan dorongan amarah memang dapat menghilangkan rasa kesal dalam sekejap namun dampaknya bagi perkembangan jiwa anak akan sangat patal. Dr. Malak Jenjis dalam bukunya “ Mengapa Anak-Anak Berbohong” Menurut hasil penelitian para ahli psikologi bahwa 70% anak dari berbagai macam tingkah laku anak yang bersifat bohong berpangkal pada kekuatan terhadap hukuman dan tiadanya prasangka baik dari orang-orang dewasa. 4 Memberikan Pemahaman dengan Lembut Pada usia tertentu yaitu antara empat dan lima tahun berbohong pada anak jamak terjadi. Kebohongan pada usia ini disebabkan daya khayal anak yang cukup tinggi. Mereka belum bisa membedakan antara dunia maya dan alam nyata, apa yang mereka alami dalam mimpi atau didengar dari cerita akan terbawa kedalam dunia nyata. Misalnya seorang anak mengaku telah dipukuli oleh pembantunya, padahal anak itu hanya dipukuli dalam mimpi. Atau si anak bercerita melihat ular yang besar dikamar, ternyata hanya gambar pada sebuah buku cerita. Bohong dalam bentuk ini tidak perlu dicemaskan, seiring dengan berjalannya waktu, anak bisa memisahkan antara hayalan dengan kenyataan. Dengan sendirinya kebohongan ini akan hilang, biarkan anak mengembangkan daya hayalnya namun memberikan arahan dengan penuh kelembuatan dan kesabaran tetap diperlukan. Berikan pengertian bahwa antara khayalan dan kenyataan jauh berbeda. Jangan sekali-kali kita menuduhnya pembual, sebab cap semisal itu dapat memberikan konsep kepada diri si anak bahwa dirinya memang pembohong. 5 Memberikan Perhatian dan Kasih Sanyang Setiap anak mendambakan kasih dan perhatian yang penuh. Mereka akan bahagia bila mendapatkanya dan akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk mendapatkanya termasuk berbohong. Perlu di ingatkan bahwa kasih sayang dan perhatian tidak identik dengan uang. Anak-anak tidak hanya butuh uang tetapi juga perhatian sebagai tempat berbagi rasa yang dapat mendengarkan dan tempat berlabuh saat mereka kelelahan. Berbohong, walau dengan alasan untuk merebut perhatian, tetap tidak dibenarkan. Jika dibiarkan berkelanjutan, bisa berdampak tidak baik bagi kesehatan akhlaq anak. 6 Menanamkan kejujuran Melalui diskusi Diskusi bagi anak bisa menjadi saran untuk sharing (tukar menukar) bersama kedua orangtuanya, baik itu tentang rasa, pengalaman, atau masalah yang dihadapinya. Sementara itu orangtua juga dapat memanfaatkan diskusi dengan media untuk menanamkan budi pekeriti yang baik. Dalam suasana yang rilek (santai) kita bisa mengangkat kejadian dan prilaku keseharian sebagai topik perbincangan. Tentu saja yang ada kaitanya dengan kejujuran kita coba kemukakan beberapa contoh kejadian dan prilaku jujur kemudian si anak diminta menanggapinya, setelah itu kita bawa si anak pada kesimpulan bahwa kejujuran walau sebagaimana pahitnya, melahirkan ketenangan hati, menumbuhkan rasa percaya diri, dan membuat orang lain percaya pada kita. Lebih dari itu kejujuran merupakan jembatan untuk dapat mereguk kenikmatan Surga. Ringkasnya kejujuran dapat membawa rahmat dalam kehidupan. Dampak bagi kehidupan sosial, kebohongan adalah biang lahirnya beragam kehancuran, bukan hanya itu kebohongan juga merupakan kendaraan yang akan mengantarkan kepada kehinaan neraka. 7 Membiasakan Berkata dan Bersikap Jujur Kepada Anak Orangtua merupakan tempat identifikasi anak, apa yang mereka ucapkan dan lakukan akan diserap dan direkam dalam memori anak untuk kemudian ditirunya. Berpijak pada kenyataan ini orangtua dituntut untuk senantiasa menjaga nilai-nilai kejujuran dalam seluruh kata dan perbuatan. Biasakan untuk berkata dan bersikap jujur kepada anak kapan dan dimanapun. Jawab pertanyaan-pertanyaan anak dengan jujur, iklas dan wajar. Jika kita perlu dijawab, berikan alasan yang jujur mengapa kita tidak bias menjawabnya. Tentunya dengan bahasa yang mudah difahami anak. Dalam kehidupan sehari-hari ada kalanya orangtua memberikan contoh prilaku bohong pada anak, misalnya menjangjikan sesuatu, tapi kemudian tidak dipenuhi atau membujuknya dengan berbohong seperti mengatakan: Ayo nak kita akan pergi membeli mainan (padahal sebenarnya membawanya ketempat berobat). “Nak kemari ibu mau memberimu sesuatu” (padahal sesungguhnya tidak bermaksud memberikan apapun), Mengapa mengatakan demikian hanya sebagai cara agar anak segera datang menghadap. Perilaku seperti itu pernah dikeritik oleh Rasullullah SAW, Sabdanya “Barangsiapa berkata pada seorang anak kecil:”Kemarilah dan ambilah!” tapi kemudian tidak diberikan apa-apa kepadanya, maka hal itu adalah suatu kedustaan.” (H.R. Ahmad dan Ibnu Abi Dunya) Orangtua pun kadang memaksa anak untuk berbohong demi kepentingan mereka, misalnya ketika ada tamu yang tak berkenan dihati, apalagi kedatanganya untuk menagih utang, orangtua berpesan kepada anaknya: “Katakan, bapak (ibu) sedang tidak ada dirumah!”. Bagi orangtua yang mendambakan memiliki buah hati yang jujur, sudah seharusnya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut. Jika tidak, jangan pernah berharap benih kejujuran itu dapat mekar dalam pribadi anak. Sumber Buletin Risalah Jum’ah: no.314 th.VII. 5 Rabiul Awwal 1431 H.

1 komentar:

  1. menanamkan kejujuran pada anak dimulai dari orang tua terlebih dahulu, orang tua berperan sbagai model yg nantinya dicontoh oleh anaknya :)

    BalasHapus